Monday 13 October 2014

Kisah Imam Ghazaly rahimahulah.


Cinta Imam Ghazali Untuk Lalat

Jika disebutkan nama Imam al-Ghazali maka gambaran yang muncul adalah sosok ulama abad pertengahan dengan reputasi kealiman yang tak diragukan. Ia termasuk cendekiawan muslim yang komplet.

Wawasannya tak berhenti pada soal teks-teks agama yang rumit. Tokoh bernama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al Ghazali ath-Thusi asy-Syafi'I ini menguasai disiplin filsafat dan menaruh prioritas pada olah rohani sebagai seorang sufi yang taat.

Para kritikus al-Ghazali bisa saja berseberangan dengan beberapa pikirannya. Namun, mereka tak dapat membantah kepribadian hujjatul islam ini yang zuhud, wara’, serta amat tekun menjalankan ibadah.

Kesungguhannya dalam beribadah tampak pula pada beberapa karyanya yang sarat anjuran melaksanakan amalan-amalan tertentu sebagai sarana penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) dan pengabdian tulus seorang hamba. Kitab tasawuf dasar, Bidayatul Hidayah, yang dikarangnya pun mengungkapkan kenyataan ini.

Hanya saja, terselip kisah unik di balik totalitas Imam al-Ghazali dalam beragama pasca-kewafatannya. Syekh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul ‘Ibad menulis cerita seseorang yang berjumpa Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. “Bagaimana Allah memperlakukanmu?” tanya orang tersebut.

Imam al-Ghazali mengisahkan bahwa di hadapan Allah ia ditanya tentang bekal apa yang ia serahkan untuk-Nya. Al-Ghazali pun menimpali dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia.

“Aku (Allah) menolak itu semua!” Ternyata Allah menampik berbagai amalan Imam al-Ghazali kecuali satu kebaikannya ketika bertemu dengan seekor lalat.

Suatu saat Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab hingga seekor lalat mengusiknya barang sejenak. Lalat “usil” ini haus dan tinta di depan mata menjadi sasaran minumnya. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

“Masuklah bersama hamba-Ku ke sorga,” kata Allah kepada Imam al-Ghazali dalam kisah mimpi itu.

Hikayat ini mengandung pesan tentang betapa dahsyatnya pengaruh hati yang bersih dari egoisme, semata untuk kepentingan diri sendiri. Kasih sayang Imam al-Ghazali yang luas, bahkan kepada seekor lalat pun, membawa tokoh dengan jutaan pengikut ini pada kemuliaan

Peristiwa ini secara samar menampar sebagian kalangan yang kerap membanggakan capaian-capaian keberagamaannya. Karena ternyata penilaian ibadah manusia sepenuhnya milik-Nya, bukan milik manusia. Tak ada ruang bagi manusia menghakimi kualitas diri sendiri ataupun orang lain. Segenap prestasi ibadah dan kebenaran agama yang disombongkan bisa jadi justru berbuah kenistaan.

Imam al-Ghazali sesungguhnya hanya mempraktikkan apa yang diteladankan dan diperintahkan Nabi, “Irhamu man fil ardli yarhamkum man fis sama’. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu.

Sumber: Nu Online

Friday 27 December 2013

DOWNLOAD RANCANGAN PENGAJARAN TAHUNAN PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 4 (2014)





Sunday 10 February 2013

SAMBUTAN MAULIDUR RASUL 1434H/2013
















INGIN DI DOAKAN MALAIKAT ?? INI AMALANNYA




Kalau Ingin Didoakan Para Malaikat Lakukanlah Amal Sholeh Yang Ini.

1.. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci. Imam Ibnu Hibban meriwayatkan
dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang
tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya.
Dia tidak akan bangun hingga malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si
fulan karena tidur dalam keadaan suci’” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37)

2.. Orang yang duduk menunggu shalat. Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra.,
bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah salah seorang diantara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’” (Shahih Muslim no. 469)

3.. Orang - orang yang berada di shaf bagian depan di dalam shalat. Imam Abu
Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang - orang) yang berada pada shaf - shaf terdepan”
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud I/130)

4.. Orang - orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalm shaf). Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang - orang yang menyambung shaf - shaf” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272)

5.. Para malaikat mengucapkan ‘Amin’ ketika seorang Imam selesai membaca Al
Fatihah. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang Imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu” (Shahih Bukhari no. 782)

6.. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat akan selalu bershalawat kepada salah satu diantara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat dimana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata, ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’”
(Al Musnad no. 8106, Syaikh Ahmad Syakir menshahihkan hadits ini)

7.. Orang - orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat ( yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit)

sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku ?’, mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’” (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir)

8.. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’” (Shahih Muslim no. 2733)

9.. Orang-orang yang berinfak. Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidak satu hari pun dimana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu diantara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit’”
(Shahih Bukhari no. 1442 dan Shahih Muslim no. 1010)

10.. Orang yang makan sahur. Imam Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayaatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang - orang yang makan sahur”
(hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519)

11.. Orang yang menjenguk orang sakit. Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Thalib ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh”
(Al Musnad no. 754, Syaikh Ahmad Syakir berkomentar, “Sanadnya shahih”)

12.. Seseorang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah diantara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain”
(dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Kitab Shahih At Tirmidzi II/343)

Tuesday 15 January 2013

SALASILAH KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW

JOM HAFAZ SALASILAH KETURUNAN NABI MUHAMMAD SAW:

1. MUHAMMAD BIN
2. ABDULLAH BIN
3. ABDUL MUTALIB BIN
4. HASHIM BIN
5. ABDUL MANAF BIN
6. QUSAI BIN
7. KILAB BIN
8. MURRAH BIN
9. KA'AB BIN
10. LUAI BIN
11. GHALIB BIN
12. FAHR BIN
13. MALIK BIN
14. AL-NADHAR BIN
15. KINANAH BIN
16. KHUZAIMAH BIN
17. MUDRIKAH BIN
18. ILIAS BIN
19. MUDHAR BIN
20. NIZAR BIN
21. MA'AD BIN
22. ADNAN

Monday 14 January 2013

HUKUM MENGHAFAZ AL-QURAN


114 surah, 30 juzuk, 604 muka surat dan 6236 ayat, itulah mushaf al-Quran yang ada pada tangan kita. ia merupakan satu-satunya kitab atau buku di dunia ini yang dihafaz secara keseluruhan. Inilah keistimewaan yang dikurniakan kepada al-Quran dan umat Nabi Muhammad SAW serta kepada penghafaz-penghafaz al-Quran. Ia merupakan satu nikmat yang sukar untuk diungkapkan dengan kata-kata.

Sekiranya dibandingkan dengan buku-buku lain yang sama tebal dengan saiznya, maka terlalu sukar dihafaz, bahkan tidak keterlaluan sekiranya dikatakan bahawa mustahil untuk dihafaz satu buku, setengah buku atau pun 1/4 daripada buku tersebut.






Terdapat banyak ayat al-Quran yang diturunkan, menggalakkan umat Islam untuk membaca dan menghafaznya. Bahkan disediakan bagi mereka ganjaran pahala yang terlalu lumayan kepada penghafaz al-Quran yang beramal dengannya. Namun tidak terdapat satu ayat yang secara jelas mewajibkan umat Islam menghafaz al-Quran secara keseluruhannya. Oleh yang demikian menghafaz al-Quran bukanlah sesuatu yang wajib ke atas SETIAP MUSLIM.

Walau bagaimanapun memandangkan betapa pentingnya menghafaz al-Quran demi menjamin keaslian dan keabsahan al-Quran ini, maka para ulama bersepakat untuk menyatakan bahawa menghafaz al-Quran itu hukumnya FARDHU KIFAYAH. Hal demikian dinyatakan oleh Imam Badr al-Din Muhammad bin 'Abdillah al-Zarkasyi di dalam kitabnyan (al-Burhan fi al-'Ulum al-Quran):

"Mempelajari al-Quran hukumnya adalah fardhu kifayah, demikian juga memeliharanya (iaitu menghafaznya) maka ia juga wajib (kifayah) bagi setiap umat".




Demikian juga yang dipertahankan oleh Dr. Mustafa Murad di dalam (Kaifa Tahfaz al-Quran) :

    "Menghafaz al-Quran al-Karim adalah fardhu kifayah, ini bermakna apabila segolongan daripada kaum muslimin menghafaz al-Quran, maka gugurlah dosa terhadap kaum Muslin yang lainnya. Namun sekiranya tidak terdapat segolongan muslimin yang menghafaznya, maka diwajibkan ke atas setiap muslimin kesemuanya untuk menghafaznya".

Dalam kitab al-Itqan fi ulum al-Quran pula,  Imam Jalaluddin as-Sayuti bukan sahaja menyatakan pendiriannya, malah beliau turut membentangkan pendirian para ulama yang lain:" ketahuilah bahawa menghafaz al-Quran merupakan fardhu kifayah ke atas umat Islam.

Perkara ini telah dijelaskan oleh Imam al-Jurjani dalam (al-Syafi') dan (al-Ibadyy) serta yang alin-lainnya. Imam al-Juwaini berkata: "Ini bermakna hafazan al-Quran ini agar tidak terputus bilangan mutawatir pada al-Quran, maka tidaklah ia terjebak ke lembah penukaran dan penyelewengan al-Quran.

Thursday 10 January 2013

(AL-QURAN) TIGA PERINGKAT HAFAZAN DAN PENGJAGAANNYA

PERINGKAT PERTAMA: PEMELIHARAAN AL-QURAN DI LANGIT

Keistimewaan al-Quran inilah yang membezakan al-Quran dengan kitab atau buku-buku yang lain yang terdapat di dunia ini. Al-Quran yang merupakan kalamullah yang qadim dikurniakan dengan penjagaan dan pemeliharaan sejak ia berada dilangit lagi. Untuk memperkuatkan lagi kesaksian ini, maka Allah SWT bersumpah atas hakikat ini dengan sumpah yang agung. Sumpah ini dipaparkan melalui firmannya:

(SURAH AL-WAQIAH 56: AYAT 75-80)


PERINGKAT KEDUA: PEMELIHARAAN AL-QURAN DALAM PERJALANAN KEBUMI

Setelah proses pemeliharaan yang teliti terhadap al-Quran di langit, maka allah SWT turut memeliharanya tatkala dalam perjalanan menuju ke bumi. perkara ini dibuktikan apabila al-Quran yang mulia ini dibawa oleh roh-roh yang suci yang terdiri daripada malaikat. Manakala roh-roh jahat yang terdiri daripada syaitan akan dihalang daripada mendekati al-Quran. Bahkan tiada jalan sama sekali bagi roh-roh jahat mendekatinya dan ia sama sekali tidak akan sampai kepada syaitan.

Allah SWT berfirman:




Walaupun syaitan cuba juga untuk mencuri dengar perkhabaran dari langit ini, maka Allah SWT memeliharanya dengan penjagaan yang rapi yang terdiri daripada malaikat. Bahkan lontaran api akan menghalang sesiapa sahaja yang cuba memasang telinga untuk mendengar berita dari langit. Jaminan penjagaan ini dimeteraikan melalui firmannya:



Bahkan jaminan daripada Allah SWT ini, diakui sendiri oleh para jin yang cuba mencari berita dari langit. Mereka menyatakan:


PERINGKAT KETIGA: PEMELIHARAAN AL-QURAN DI MUKA BUMI

Di bumi inilah kebanyakan kitab samawi yang pernah diturunkan kepada para rasul terdahulu sebelum nabi Muhammad SAW gagal mempertahakan keaslian dan keabsahan isi dan kandungan kitabnya. mengapa hal demikian berlaku.

Sesungguhnya kitab terdahulu tidak mendapat jaminan pemeliharaan daripada Allah SWT. Jaminan pemeliharaan daripada sebarang penyelewengan yang akan berlaku pada masa mendatang. Namun sebaliknya al-Quran mendapat jaminan pemeliharaan yang istimewa daripada Allah SWT, maka al-Quran tetap terus dipelihara daripada segenap segi dan keadaan.

Bahkan al-Quran mencabar musuh-musuh Islam agar menunjukkan bukti sekiranya mereka menuduh di dalam al-Quran terdapat penyelewengan atau kepalsuan.  Natijahnya, mereka tetap gagal untuk membuktikan sehingga ke hari ini. Bahkan kita berkeyakinan bahawasanya mereka tidak akan berjaya untuk membuktikan buat selamanya-lamanya.

Tidak dapat disangkal bahawa manusia pertama yang bertungkus-lumus memelihara al-Quran di bumi ini ialah Rasulullah SAW. Baginda adalah manusia pertama yang menghafaz keseluruhan al-Quran dalam ingatannya dengan penuh mantap. Sejak bermula detik pertemuan pertama dengan malaikat jibril a.s. dan pada pertemuan yang seterusnya, baginda menerimanya dengan penuh kesungguhan, menghafaznya dengan hafazan yang terbaik, melaksanakan tuntutannya dengan pelaksanaan yang sempurna. Seterusnya, menyampaikannya dengan kaedah penyampaian yang menyuntik hati yang mendengarnya.

Perkara ini dapar kita saksikan sendidri bagaimana kesungguhan rasulullah SAW menerima wahyu sehinggakan kesungguhannya ditegur oleh Allah SWT.





Demikian juga dalam surah al-Qiyamah:




Disebalik ayat ini, rasulullah SAW ditegur pada peringkat awal penurunan wahyu kerana sentiasa menggerakkan lidahnya mengulangi ayat-ayat al-Quran walaupun malaikat Jibril a.s. menghabiskan bacaannya.

Prof. Dr. Hamka menyatakan dalam tafsirnya (tafsir al-Azhar), bahawa dengan empat ayat ini 16-19 tuhan mengajarkan kepada nabi kita bagaimana cara baginda menerima al-Quran apabila wahyu itu dibawa oleh malaikat Jibril a.s. terdapat kitab-kitab tafsir yang menceritakan keadaan nabi SAW tatkala Jibril a.s. datang menemuinya dengan membawa wahyu.


Apabila Jibril a.s. membaca pangkal wahyu itu, lalu baginda pun menggerakkan lidah meniru bacaan itu. Maka di dalam ayat ini diajarkan oleh tuhan, jika malaikat itu datang membaca wahyu, baginda hendaklah dengarkan terlebih dahulu baik-baik.Dengan tidak perlu baginda ikuti sebelum wahyu selesai dengan ucapan lidahnya. setelah selesai malaikat membacanya, barulah boleh baginda mengikuti sepanjang bacaan Jibril a.s. itu. Sehingga bacaan al-Quran itu benar-benar asli sepertimana yang diterima daripada Jibril a.s. dan Jibril a.s. menerima daripada Allah SWT.

Demikian betapa bersungguhnya rasulullah SAW dalam mempelajari dan menghafaz al-Quran. Baginda melakukannya dengan penuh kecintaan dan keinginan yang tinggi terhadap al-Quran. Kesungguhan ini digambarkan oleh Syeikh Manna' al-Qattan sebagaimana berikut:

"Sesungguhnya Rasulullah SAW amat menggemari wahyu, Baginda sentiasa menunggu penurunan wahyu dengan perasaan yang rindu. Maka baginda menghafaz dan memahaminya. Hal demikian bagi membenarkan janji Allah SWT. Sesungguhnya kamilah yang berkuasa mengumpulkan al-Quran itu (dalam dadamu), dan menetapkan bacaannya (pada lidahmu).

Oleh yang demikian, baginda merupakan orang yang pertama menghafaz al-Quran dan menjadi contoh terbaik untuk para sahabatnya dalam menghafaz al-Quran untuk merealisasikan kecintaan mereka pada agama dan sumber risalah. Al-Quran turun dalam tempoh 20 tahun. Kadang-kadang diturunkan satu ayat sahaja, dan kadang-kadang turun sehingga sepuluh ayat. semua ayat yang diturunkan ini dihafaz dalam dada mereka dan disuburkan di hati mereka.